BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menentukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Dalam bimbingan dibutukan tenaga ahli untuk melakukannya, namun di sekolah dasar tidak terdapat guru khusus yang menangani masalah bimbingan dan konseling bagi siswanya sehingga yang menjadi pembimbingnya adalah wali kelasnya itu sendiri. Adapun dalam melaksanakan bimbingan dan konseling wali kelas harus selalu berkomunikasi dengan setiap orang tua siswa untuk mengetahui perkembangan anak didiknya di dalam maupun di luar sekolah.
Bimbingan di sekolah dasar berlaku untuk semua siswa yang sekolah di sekolah tersebut, bukan hanya untuk siswa yang bermasalah maupun yang merasa kesulisan belajar. Adapun masalah-masalah yang dihadapi siswa ketika belajarpun berbeda-beda. Salah satu masalah belajar yang dihadapi siswa adalah kurangnya percaya diri siswa dalam mengungkapkan pendapat atau berbicara didepan kelas.
Dalam pelaksanaan bimbingan di Sekolah Dasar sudah ada program yang dirancang secara khusus untuk melakukan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar. Sehingga dalam pelaksanaannya guru atau wali kelas bisa berpedoman pada program tersebut. Tetapi tidak menutup kemungkinan wali kelas mempunyai cara yang lebih baik dari program yang sudah disusun tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana program bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar?
2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar?
3. Apa saja masalah-masalah belajar siswa Sekolah Dasar?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui program bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar.
2. Mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar.
3. Mengetahui masalah-masalah belajar siswa Sekolah Dasar.
D. Metode Penulisan
Untuk mendapatkan informasi dalam penyusunan hasil observasi ini, saya menggunakan beberapa metode, yaitu :
1. Wawancara kepada kepala sekolah SD Negeri Leuwimunding 1
2. Wawancara kepada wali kelas kelas 5
3. Angket
4. Buku-buku bimbingan dan konseling yang digumakan untuk landasan teori.
E. Sistematika Penulisan
Laporan hasil observasi ini terdapat 4 bab. Bab i pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. Bab ii berisi landasan teori bimbingan dan konseling. Bab iii berisi laporan hasil observasi di sekolah dasar mengenai program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar. Dan bab iv penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan pasal 25 Peraturan Pemerintah No. 28/1990, “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh konselor/pembimbing kepada klien agar klien dapat : (1) memahami dirinya, (2) mengarahkan dirinya, (3) memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, (4) menyesuaikan diri dengan lingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat), (5) mengambil manfaat dari peluang-peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakatnya. (Supriadi, 2004:207)
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang, dalam mana konselor melalui hubungan itu dan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar dalam mana konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaan masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi-potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan baik pribadi maupun masyarakat, dan lebih jauh dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.(Tolbert, 1959)
Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara (face to face) oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
B. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Tujuan umum pelayanan bimbingan dan konseling pada dasarnya sejalan dengan tujuan pendidikan itu sendiri, karena bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari sistem pendidikan.
Upaya bimbingan dan konseling yang dimaksud diselenggarakan melalui pengembangan segenap potensi individu peserta didik secara optimal, dengan memanfaatkan berbagai sarana dan cara, berdasarkan norma-norma yang berlaku dan mengikuti kaidah-kaidah profesional. Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di Sekolah dasar adalah untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
C. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Bimbingan mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam setting sekolah. Ada beberapa fungsi bimbingan yang dikemukakan oleh Aquino dan Alviar (Thanyawi,1995:39) yaitu pencegahan(preventif), perbaikan (kuratif), pengembangan (development) dan satu fungsi lagi yang dikemukakan oleh Prayitno dalam Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Kurikulum 1994 (1998:25) yaitu fungsi pemahaman (informatif).
Menurut Setiawati (2007:20) fungsi bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan murid.
2. Fungsi Preventif, adalah bantuan yang diberikan kepada murid bertujuan agar murid terhindar dari berbagai masalah yang akan menghambat perkembangannya.
3. Fungsi Developmental, yaitu pelayananyang diberikan dengan tujuan dapat membantu murid mengembangkan keseluruhan potensinya dengan terarah dan mantap.
4. Fungsi Kuratif, adalah layanan yang membantu murid untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.
D. Pendekatan-pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling
Myrick yang diperjelas kembali oleh Suryano Kartadinata (1998:15) dan Ahmad (2005:11-34) dalam Setiawati (2007:3) mengemukakan empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan, yaitu :
1. Pendekatan krisis, dalam pendekatan krisis pembimbing menunggu munculnyasuatu krisis dan dia bertindak membantu seseorang yang menghadapi krisis itu.
2. Pendekatan Remedial, di dalam pendekatan remedial guru akan memfokuskan bantuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang nampak.
3. Pendekatan Preventif, mencoba mengantisipasi masalah-masalah generik dan mencegah terjadinya masalah itu.
4. Pendekatan Perkembangan, pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan siswa untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan di dalam kehidupan.
E. Prinsip Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Dalam pelaksanaan bimbingan harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan untuk kelas yang bersangkutan.
2. Berpusat pada individu yang dibimbing
3. Dimulai dengan identifikasi kebutuhan siswa.
4. Fleksibel (disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah dan siswa)
5. Dijamin kerahasiaan data pribadi-pribadi.
6. Mengikutsertakan orang tua.
7. Menggunakan informasi dan data tentang anak dan lingkungannya.
8. Mengadakan kerjasama dengan instansi yang terkait.
9. Diberikan secara berkelanjutan.
F. Masalah-masalah Belajar di Sekolah Dasar
Menurut Setiawati (2007:76) masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh siswa-siswa yang lambat saja dalam belajarnya tetapi juga dapat menimpa siswa-siswa yang pandai atau cerdas.
1. Jenis-jenis masalah belajar
Menurut Setiawati (2007:76) jenis-jenis belajar di sekolah Dasar dapat dikelompokan kepada murid-murid yang mengalami :
a. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang diperkirakan memilliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memampaatkanya secara optimal.
b. Keterlambatan dalam belajar, keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
c. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai atau perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.
d. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas,
e. Bersikaf dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur-ngulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui, dsb.
f. Sering tidak sekolah, yaitu murid-murid yang sering tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.
2. Identifikasi Murid yang Diperkirakan Mengalami Masalah Belajar
Murid yang mengalami masalah belajar, dapat diidentifikasi melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar.
3. Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
Faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada murid dikelompokan kedalam dua kategori, yaitu :
a. Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain : gangguan secara fisik, kelemahan-kelemahan secara mental, kelemahan emosional, kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, dan tidak memiliki keterampilan-keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan.
b. Faktor-faktor Eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu baik dari lingkungan sekolah maupun masyarakat), antara lain :
1) Kurikulum yang seragam (uniform), bahan dan buku-buku (sumber) yang tidak sesuai dengan tingkat-tingkat kematangan dan perbedaan-perbedaan individu.
2) Ketidasesuaian standar administrasif (sistem pengajaran), penilaian, pengelolaan kegiatan dan pengalaman belajar mengajar, dan sebagainya.
3) Terlalu berat beban belajarsiswa dan atau mengajar guru
4) Terlalu besar proporsi siswa dalam kelas, terlalu menuntut kegiatan di luar, dan sebagainya
5) Terlalu sering pindah sekolah atau program, tinggal kelas, dan sebagainya
6) Kelemahan dari sistem belajar mengajar pada tingkat-tingkat pendidikan (dasar/asal) sebelumnya.
7) Kelemahan yang terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan, status sosial ekonomi, keutuhan keluarga, besarnya anggota keluarga, tradisi dan kultur keluarga, ketentraman dan keamanan sosial psikologis dan sebagainya).
8) Terlalu banyak kegiatan diluar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.
9) Kekurangan gizi.
4. Upaya Membantu Murid dalam Mengatasi Masalah Belajar
Menurut Setiawati (2007:27) murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapatkan bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut yang nantinya dapat mempengaruhi proses perkembangan murid. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dengan cara :
a. Pengajaran Perbaikan, merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan pengajaran yang membuat menjadi lebih baik.
b. Kegiatan Pengayaan, merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang murid yang sangat cepat dalam belajar.
c. Peningkatan Motivasi Belajar.
d. Peningkatan Keterampilan Belajar.
e. Pengembangan Sikaf dan Kebiasaan Belajar yang Baik.
G. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Kerangka kerja layanan bimbingan dan konseling dapat dikembangkan dalam empat layanan utama yaitu : layanan dasar bimbingan, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dukungan sistem. Keempat layanan tersebut, dalam iplementasinya didukung oleh layanan-layanan yang lainnya, yaitu :
1. Layanan Pengumpulan Data
2. Layanan Orientasi dan Pemberian Informasi
3. Layanan Penempatan
4. Layanan Evaluasi dan Tindak Lanjut
Dari program umum bimbingan konseling di Sekolah Dasar, dijabarkan kembali menjadi program khusus diantaranya adalah :
1. Pengumpulan Data siswa
Data tentang siswa merupakan informasi yang sangat diperlukan oleh sekolah untuk mengetahui identifikasi awal tentang siswa seperti : identifikasi pribadi, bakat, minat, dsb. Data tersebut di atas diperlukan mulai saat siswa masuk sekolah diawal tahun ajaran, sehingga sekolah dapat membuat program dengan mempertimbangkan dan memperhatikan kebutuhan siswa.
2. Layanan Orientasi dan Pemberian Informasi
Layanan orientasi pada setiap jenjang kelas sangat diperlukan terutama pada siswa kelas 1 yang baru pertama kali memasuki tingkat sekolah yang sesungguhnya. Kesan sekolah harus menampakan sesuatu yang menyenangkan sehingga anak merasa tidak asing atau takut tentang lingkungannya yang baru seperti tentang guru, fasilitas yang dimiliki sekolah, tata tertib, cara belajar, dsb. Keikutsertaan orang tua dalam kegiatan orientasi sangat diperlukan untuk membantu putra-putrinya dalam menyesuaikan diri dengan sekolah.
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Layanan ini perlu dikembangkan di SD mulai dari siswa kelas 1 baik untuk kegiatan intra kurikuler maupun kegiatan ektra kurikuler.
BAB III
LAPORAN HASIL OBSERVASI
A. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar
Untuk mencari informasi tentang program bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar, pada tanggal 1 Desember 2011 saya mencoba melakukan wawancara kepada kepala sekolah SD Negeri Leuwimunding 1 dan hasilnya ternyata menurut bapak Saim selaku Kepala Sekolah di SD Negeri Leuwimunding 1 ini tidak terdapat program bimbingan dan konseling secara khusus, bimbingan yang berjalan di SD Negeri Leuwimunding ini dilakukan oleh wali kelasnya masing-masing ketika wali kelas itu mendapi siswanya yang mempunyai masalah.
Setelah melakukan observasi tersebut, dan mengetahui jawaban dari kepala sekolah SD Negeri Leuwimunding 1 seperti itu dan saya merasa kurang puas dengan jawaban itu, saya mencoba bertanya kepada ayah saya yang juga masih merupakan guru Sekolah Dasar dan hasilnya ternyata pada tahun 1994 sewaktu pendidikan di Indonesia masih menggunakan kurikulum 1994 dinas pendidikan memberikan sebuah buku yang berjudul “Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Dasar” kepada setiap Sekolah Dasar yang ada di Kabupaten Majalengka. Buku ini diberikan oleh dinas pendidikan pada masa itu sebagai pedoman dalam melaksanakan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar. Adapun isi buku ini adalah materi tentang bimbingan dan konseling di Sekolah dasar beserta pelaksanaannya dan juga dilengkapi dengan program bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar.
B. Pelaksanaan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dasar
Sesuai dengan hasil observasi di SD Negeri Leuwimunding 1 dalam pelaksanaan bimbingan, pertama guru melakukan pengumpulan data setiap siswa pada saat siswa itu mulai masuk sekolah atau mulai memasuki lingkungan sekolah dasar. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui identifikasi awal tetang siswa tersebut baik dalam bakat dan minat siswa tersebut.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling ini dilakukan oleh wali kelasnya masing-masing karena di Sekolah Dasar ini tidak memiliki guru khusus untuk melakukan bimbingan dan konseling, sehingga wali kelaslah yang bertindak sebagai konselor bagi murid-muridnya. Bimbingan yang dilakukan bisa dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar maupun diluar kegiatan belajar mengajar. Bimbingan yang diberikan pada saat kegiatan belajar mengajar salah satunya adalah memberikan motivasi belajar pada semua siswa. Sementara bimbingan yang dilakukan diluar kegiatan belajar mengajar adalah melakukan kunjungan rumah kepada siswa yang sedang sakit untuk melihat keadaanya sekaligus bersilaturahmi kepada orang tuanya, karena dalam prakteknya guru selalu berkomunikasi dengan orang tua murid dalam melakukan bimbingan dan konseling tersebut. Contoh lain dalam pelaksanaan bimbingan adalah membimbing siswa yang belum lancar membaca atau siswa yang mempunyai masalah belajar lainya.
Menurut bapak Saim selaku kepala sekolah SD Negeri Leuwimunding 1 saat ini bimbingan dan konseling yang lakukan hanya dilakukan secara kuratif yaitu ketika guru menemukan permasalahan di lapangan saja, tidak terprogram sebelumnya. Adapun dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di SD Negeri Leuwimunding 1 menggunakan format sebagai berikut :
No | Hari/ Tanggal | Nama Murid | Kejadian Penting/ Masalah yang Dihadapi Murid | Upaya-upaya/ Layanan Bimbingan yang Diberikan | Sifat dan Jenis bimbingan | Hasilnya | Ket |
| | | | | | | |
Dari format diatas dapat diketahui nama siswa yang mempunyai masalah belajar dan masalah apa yang sedang dialami siswa tersebut serta bagaimana cara guru menangani masalah yang sedang dihadapi siswa tersebut. Selain itu, dari format itu dapat diketahui juga sifat dan jenis bimbingan yang diberikan kepada siswa tersebut dan juga hasil yang diperoleh siswa tersebut setelah mendapatkan bimbingan.
Dengan adanya bimbingan tersebut respon dari orang tua muridpun baik karena orang tua murid merasa anaknya diperhatikan oleh gurunya tersebut. Adapun hasil yang diperoleh dari bimbingan tersebut adalah positif, yaitu adanya peningkatan kemampuan atau perubahan sikaf bagi semua siswa yang mendapatkan bimbingan.
Setelah saya menganalisis informasi yang saya dapat tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar ternyata kelemahan dalam pelaksanaan bimbingan di Sekolah Dasar ini dilihat dari bagaimana cara guru melakukan bimbingannya, ternyata guru SD Negeri Leuwimunding 1 menggunakan pendekatan krisis dan fungsi kuratif dalam pelaksanaan bimbingannya. Padahal dengan pendekatan itu bimbingan hanya diberikan kepada siswa yang memiliki masalah saja, dan siswa yang lainnya yang kelihatan tidak mempunyai masalah seakan-akan tidak mendapatkan bimbingan, sementara pada dasarnya bimbingan itu hak bagi semua siswa.
Walaupun dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar ini kebanyakan menggunakan pendekatan krisis, tetapi sekali-kali guru juga menggunkan pendekatan preventif yaitu memberikan motivasi belajar kepada semua siswa di sela-sela kegiatan belajar mengajar, pemberian motivasi belajar ini guna mencegah terjadinya masalah-masalah belajar pada siswa.
Adapun prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar ini sesuai dengan prinsip yang seharusnya walaupun dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling ini tidak terprogram sebelumnya. Prinsip bimbingan yang berjalan saat ini yaitu : berpusat pada individu yang dibimbing, fleksibel, dijaminnya kerahasiaan data pribadi, mengikutsertakan orang tua, dan dilakukan secara berkelanjutan.
C. Masalah-masalah Belajar di Sekolah Dasar
Ketika saya melakukan observasi di SD Negeri Leuwimunding 1 pada tanggal 22 Oktober 2011 mengenai masalah-masalah belajar di sekolah dasar, saya melakukan 2 metode yaitu yang pertama angket yang ditujukan kepada siswa kelas 5 dan yang kedua melakukan wawancara kepada wali kelas kelas 5. Saya melakukan 2 metode ini dengan maksud untuk mengetahui masalah-masalah belajar yang terjadi pada siswa kelas 5 dilapangan dan mengetahui juga pandangan wali kelas selaku guru yang melakukan bimbingan kepada siswa kelas 5 tersebut. Adapun hasinya adalah sebagai berikut :
1. Angket
Sesuai dengan data yang saya dapat dari angket yang saya bagikan kepada siswa kelas 5 SD Negeri Leuwimunding 1, masalah belajar yang dialami siswa kelas 5 pada umumnya berbeda-beda. Adapun masalah-masalah yang dihadapi siswa adalah malas belajar dan lebih suka bermain ps, kurangnya percaya diri pada diri siswa dikarenakan suka ada temennya yang mengejek, kesulitan menghitung ketika belajar matematika, kurangnya pemahaman tentang materi dikarenakan guru/pengajar yang menerangkannya terlalu cepat, suasana kelas yang selalu ramai sehingga untuk sebagian siswa merasa terganggu dan tidak bisa konsentrasi ketika belajar, dan tidak adanya bimbingan dari orang tua/wali saat siswa belajar di rumah.
Dari masalah-masalah belajar yang dialami siswa kelas 5 SD Negeri Leuwimunding 1 yang terdapat 30 siswa dapat dijabarkan sebagai berikut :
No | Jenis Masalah | Banyaknya siswa |
1. | Merasa terganggu belajarnya dikarenakan temannya yang nakal | 27 |
2 | Pernah atau suka diejek oleh temannya | 25 |
3 | Merasa malu dan tidak percaya diri untuk berbicara di depan kelas | 8 |
4 | Kesulitan untuk memahami pelajaran yang disampaikan | 2 |
5 | Kesulitan berhitung dalam pelajaran matematika | 16 |
6 | Malas belajar dan lebih suka bermain | 8 |
7 | Tidak adanya bimbingan dari orang tua | 4 |
Dari jumlah yang mengalami masalah-masalah belajar tersebut dapat diketahui bahwa pada setiap siswa mempunyai masalah belajar lebih dari satu masalah. Dan setiap siswa tersebut perlu mendapatkan bimbingan dan konseling agar siswa tersebut dapat belajar dengan baik.
2. Wawancara kepada wali kelas kelas 5
Menurut Ibu Yayah selaku wali kelas kelas 5, di Sekolah Dasar ini tidak ada guru khusus yang menangani masalah bimbingan dan konseling, yang menangani masalah bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar adalah wali kelasnya itu sendiri. Disini wali kelas bertindak sebagai konselor/pembimbing bagi setiap anak didiknya yang membutuhkan bantuan/bimbingan.
Bimbingan di SD Negeri Leuwimunding 1 sudah berjalan dengan baik, wali kelas selalu berkomunikasi dengan orang tua siswa dalam melaksanakan bimbingannya, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan siswa tersebut di dalam maupun di luar sekolah. Hasil yang didapatkan dari bimbinngan tersebut diantaranya dapat mengubah sikaf siswa yang malas belajar menjadi rajin belajar, contoh lainnya adalah anak yang pada awalnya ketika di rumah suka main ps terus-terusan sekarang dapat mengurangi kebiasaannya itu dan sekarang ini lebih suka membantu orang tuannya ketika di rumah.
Selain itu, bimbingan di sini juga diberikan dalam rangka perbaikan belajar siswa dan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Contohnya bagi siswa yang masih belum bisa membaca dengan baik, siswa tersebut diberikan bimbingan khusus di luar kegiatan belajar mengajar di kelas. Dan bagi siswa yang berprestasi ketika akan mengikuti suatu perlombaan siswa dibimbing secara khusus juga. Dan hasilnya dengan bimbingan tersebut siswa-siswa SD Negeri Leuwimunding 1 dapat mempertahankan berbagai prestasi yang telah dicapainya selama ini.
Masalah-masalah yang dihadapi siswa SD Negeri Leuwimunding 1 ini dalam belajar adalah ketika siswa tersebut dihadapkan dengan rasa malas belajar. Tetapi dengan berjalannya bimbingan dan konselingini rasa malas belajar pada siswa masih biasa diatasi. Di sini wali kelas selalu memberikan motivasi kepada siswa-siswanya, supaya siswa-siswanya selalu semangat dalam belajar. Selain itu, disetiap selesai kegiatan belajar mengajar guru selalu memberikan tugas kepada siswa. Hal ini dimaksudkan supaya ketika siswa tersebut berada di rumah, siswa tersebut terpancing atau termotivasi untuk belajar.
Menurut Ibu Yayah wali kelas 5 di SD Negeri Leuwimunding 1 ini hampir semua siswanya bersikaf baik dan sopan sehingga tidak ada lagi anak yang nakal yang suka mengganggu/bersikaf berkuasa terhadap siswa yang lainnya. Sehingga setiap siswa bisa belajar dengan nyaman di SD Negeri Leuwimunding ini.
Dari data hasil observasi yang saya dapat dari angket dan wawancara ternyata adanya ketidakselarasan antara penyataan wali kelas dan penyataan siswa dalam angket, dari data angket 27 siswa menyatakan merasa terganggu belajarnya dikarenakan temannya yang nakal sehingga suasana kelas menjadi ramai, sementara wali kelas menyatakan di SD tersebut tidak ada siswa yang nakal. Ketidaksesuaian pernyataan ini mungkin karena siswa selalu bersikaf baik ketika ada guru sehingga guru menganggap semua siswanya itu baik, karena pada saat saya melakukan observasipun semua siswa bersikaf baik dan sopan.
Sesuai data yang saya dapat dari SD Negeri Leuwimunding 1 dan dari landasan teori yang saya sampaikan di bab ii mengenai masalah-masalah belajar siswa Sekolah Dasar. Saya dapat menganalisis atau menyimpulkan bahwa bimbingan dan konseling di SD Negeri Leuwimunding 1 sudah hampir sesuai dengan teori yang saya pahami yaitu untuk membantu siswa dalam meningkatkan semangat belajar guru SD Negeri Leuwimunding 1 selalu memberikan motivasi kepada siswa-siswanya untuk rajin belajar, selain itu juga guru selalu memberikan pengajaran perbaikan bagi siswa yang masih kurang dalam pelajaran tertentu dan juga guru suka memberikan kegiatan pengayaan bagi siswa yang mau mengikuti suatu pelombaan supaya keterampilan dan pengetahuan siswa tersebut bertambah, sehingga siswa tersebut bisa mendapatkan juara dalam perlombaannya.